KEWAJIBAN DAKWAH TAUHID

 

diambil dari faedah kajian:

📘 Kitab Riyaadhusshaalihiin Karya Al Imam An Nawawi Asy-Syaafi’i rahiimahullah | Ayat Pertama | Bab 20 (Menyeru kepada Kebaikan)

👤 Ustaz Abu Mahlin hafizhahullah

📅  Kamis, 17 Zulkaidah 1443 H / 16 Juni 2022 M

🕌 Masjid Umar bin Khattab – Barito Kuala

 


 

 

Judul bab secara lengkap bab menunjukkan kepada kebaikan dan dakwah kepada hidayah atau kesesatan.

 

Di dalam judul beliau membawa dua kata, (الدلالة على خير) Menunjukkan kepada kebaikan“, kemudian yang kedua (الدعا إلى هدى أو ضلالة) “Berdakwah kepada hidayah atau kesesatan”.

 

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang bab ini bahwa (الدلالة) menunjukkan kepada kebaikan lebih umum daripada sebatas berdakwah, karena menunjukkan kepada kebaikan yang mana hal itu bermanfaat yang mencakup urusan dunia ataupun akhirat. Adapun dakwah yaitu mengajak orang untuk beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Urusan dakwah ini tidak ada hubungannuya dengan dunia, urusannya itu bagaimana caranya kita bisa bahagia di akhirat, adapun jika juga mendapatkan kebahagiaan di dunia, maka itu bonus dari allah. Maka pembahasan ini akan lebih jelas lagi jika sudah memasuki hadis pertama dari sahabat Uqbah bin Amr Al-Anshori radhiyallahu’anhu pada bab ini. Syaikh juga menyebutkan bahwa melakukan dakwah itu lebih utama dibandingkan dengan menunjukkan kebaikan, karena dakwah itu lebih kepada mengajak yang mana di dalamnya terdapat motivasi, ancaman, dan menggunakan berbagai cara supaya semua orang beribadah kepada allah ta’ala, adapun (الدلالة) hanya sebatas menjelaskan saja, bahwa inilah yang bermanfaat untuk dunia ataupun akhirat.

 

 

Asal-usul hadis pertama pada bab ini yaitu hadis dari sahabat Uqbah bin Amr Al-Anshari  radhiyallahu’anhu

.ومن دل على خير فله مثل أجر فاعله

 

Bahwa pada saat itu datang seorang laki-laki kepada rasulullah shallalllahu’alaihi wasalam yang mereka sedang dalam perjalanan untuk berjihad di jalan allah ta’ala dan berkata, “sungguh hewan tungganganku sudah tidak bisa lagi untuk ditunggangi, maka berilah aku hewan tunggangan agar aku bisa ikut berjihad.” maka Rasulullah menjawab beliau juga tidak memiliki untuknya, maka ada seorang sahabat berkata, saya akan menunjukkan kepada dia siapa yang bisa membawa dia. Lalu Rasululllah shallallahu’alaihi wasalam menanggapi perkataan sahabat tadi dengan mengatakan, “Siapa yng menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala semisal dengan orang yang melakukan kebaikan tersebut.”

 

Maka dalam hal inilah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menegaskan bahwa menunjukkan kepada kebaikan itu lebih umum atau cakupannya lebih luas daripada dakwah, karena dakwah itu lebih khusus kepada kepentingan dakwah kepada allah ta’ala, dakwah tauhid, dan lainnya.

 

Pada judul bab, Imam An-Nawawi rahimahullah berkata, berdakwah itu bisa kepada hidayah bisa kepada kesesatan. Maka hidayah terbagi dua macam, pertama hanya milik Allah saja yaitu hanya allah satu-satunya yang bisa membukakan hati manusia untuk menerima hidayah dan kebenaran, dan ada hidayah yang allah ta’ala berikan kepada manusia dan bisa melakukan hidayah jenis tersebut yaitu menunjukkan atau menjelaskan kepada kebenaran atau kebaikan, yang mana semua orang bisa melakukan hal inidan juga ini merupakan tugas utama dari para nabi dan rasul.

 

 

Q.S. Al – Qashash [28] : 87

ودع إلى ربك

 

“Dan bertakwalah kepada (agama) Rabb-mu!”

 

Di dalam ayat ini tidak disebutkan siapa objek dakwahnya, namun tujuan akhir dari dakwahnya yaitu kepada rabb (Allah Ta’ala) dan hakikat dakwah itu adalah meminta dan mengajak manusia untuk melakukan apa yang di dakwahi, ketika kita menyebut dakwah kita adalah dakwah sunah, maka berarti mengajak sunah atau ajaran nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasalam. Ketika Allah menyebutkan (إلى ربك) maka itu adalah tujuan akhir dari dakwah itu sendiri, di tafsirkan oleh para ulama, berdakwahlah kepada Rabb semesta alam agar manusia mentauhidkan dan beribadah  Allah ta’ala, hal ini merupakan tujuan atau puncak utama dari dakwah. Ketika seorang hamba sudah tau siapa yang dia ibadahi, tugas berikutnya adalah menjelaskan bagaimana cara beribadah kepada allah. Dan ketika seorang dai membalik sebuah permasalahan dia jelaskan bagaimana cara beribadah, padahal yang didakwahi belum tau hakikat yang dia ibadahi, maka kemungkinan besar dakwahnya tidak diterima.

 

Aturan dari dakwah itu sendiri, bahwa awal-awal al-qur’an itu diturunkan yaitu isinya tentang surga dan neraka yang dimiliki dan ditentukan oleh allah ta’ala siapa yang berhak masuk kedalam surga atau neraka, akhirnya umat manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama islam, setelah itu barulah diajarkan kepada mereka hukum hal dan haram, kata Aisyah Radhiyallahu’anha jika seandainya yang turun pertama ayat-ayat tentang hukum halal dan haram, niscaya mereka tidak akan meninggalkan keharaman-keharaman tersebut. Maka seorang dai hendaknya memahami akan hal ini, bahwa yang pertama dilakukan yaitu memperkenalkan siapa itu allah ta’ala, setelah itu barulah menjelaskan cara beribadah kepada allah ta’ala.

 

Khusus di ayat ini ketika Allah menyebutkan perintah untuk berdakwah, Allah perintahkan kepada nabi shallallahu’alaihi wasalam untuk mendakwahkan tauhid, artinya setiap perintah dari Allah yang diperintahkan kepada beliau, maka itu semua juga perintah kepada umat manusia, terkecuali ada dalil khusus bahwa perintah itu hanya milik Nabi shallallahu’alaihi wasalam. Sehingga ayat ini adalah perintah untuk kita semua untuk mendakwahkan tauhid, bahwa ini adalah kaidah dalam memahami tafsir.

 

Adapun pemahaman terbalik dari ayat ini, menjadikan tujuan dari dakwah itu selain allah ta’ala yakni ia mengajak orang untuk kepentingan dirinya sendiri, atau kelompoknya, atau sukunya. Ketika di khususkan hanya kepada allah ta’ala saja, maka kepentingan-kepentingan yang lain wajib dikesampingkan, jika tidak demikian berarti ia menyelisihi firman allah ta’ala ini. Lalu bagaimana jika kita memiiki perkumpulan, yang mana perkumpulan tersebut punya visi dan misi untuk mendakwahkan tauhid, bolehkah kita menyeru orang untuk bergabung diperkumpulan itu? Maka jawabannya boleh kata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, karena tujuan akhir dari perkumpulan tersebut yaitu mendakwahkan kepada allah ta’ala, akan tetepi yang lebih utama, yakni melepas diri dari organisasi atau perkumulan tersebut maka itu lebih utama dan langsung saja ke poin initinya yaitu dakwah kepada allah, dakwah kepada ibadah allah dan jagan ada embel-embel organisasi.

 

 

Kesimpulan ayat:

 

Dalam ayat ini terdapat perintah untuk dakwah hanya kepada allah ta’ala, dan ini adalah dakwah yang paling utama, kemudian dakwah cara beribadah kepada allah, adapun pemahaman terbalik dari ayat ini yaitu larangan dakwah kepada selain allah ta’ala.

 

الكاتب
العبد الفقير إلى الله

 

Ditulis oleh,
Juru Tulis Pesantren Intan Ilmu & Masjid Umar bin Khattab