بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Sobat…

Salah satu dampak buruk dari sebuah maksiat yang menghasilkan dosa di sisi Allah adalah hati akan menghitam dan kelam sehingga tidak akan masuk ke dalam diri hidayah, cahaya iman, yang mengakibatkan secara lahiriyah terkadang suka marah, kusut, suka galau, tidak menentu, tidak semangat dalam kebaikan, susah menghafal Al Quran dan malas berdoa dans semisalnya akibat penyakit hati yang hitam, yang pada akhirnya hati tersebut mati, meskipun ia berada dalam rongga tubuh yang masih hidup dengan sehat.

Mari perhatikan hadits dan penjelasannya berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ ». قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَبِى هُرَيْرَةَ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Artinya: ‘Abdullah bin Abbas radhiayllahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telan turun hajar aswad dalam keadaan ia lebih putih dari susu, lalu dosa-dosa anak keturunan Adam (manusia) menghitamkannya.” HR. Tirmidzi.

 

Sobat perhatikanlah penjelasan yang sangat menarik Ibnul Jauzi (w: 597H) rahimahullah:

وَقَدِ اعْتَرَضَ بَعْضُ الْمُلْحِدِينَ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ فَقَالَ: مَا سَوَّدَتْهُ خَطَايَا الْمُشْرِكِينَ، فَيَنْبَغِي أَنْ يُبَيِّضَهُ تَوْحِيدُ الْمُسْلِمِينَ، فَأَجَابَ عَنْهُ ابْنُ قُتَيْبَةَ، فَقَالَ: لَوْ شَاءَ اللَّهُ لَكَانَ ذَلِكَ، ثم أَمَا عَلِمْتَ أَيُّهَا الْمُعْتَرِضُ أَنَّ السَّوَادَ يَصْبِغُ وَلا يَنْصَبِغُ، وَالْبَيَاضُ يَنْصَبِغُ وَلا يَصْبِغُ، هَذَا قَوْلُ ابْنُ قُتَيْبَةَ.

وَالَّذِي أَرَاهُ أَنَا مِنَ الجواب: إن إبقاء أَثَرُ الْخَطَايَا فِيهِ وَهُوَ السَّوَادُ أَبْلَغُ فِي باب العبرة والعظة من تغيير ذَلِكَ، لِيُعْلَمَ أَنَّ الْخَطَايَا إِذَا أَثَرَّتْ فِي الْحَجَرِ فَتَأْثِيرُهَا فِي الْقُلُوبِ أَعْظَمُ، فَوَجَبَ لِذَلِكَ [أن] تجتنب.

“Dan sungguh sebagian orang ateis membantah akan hadits ini, ia berkata: “Apa-apa yang dihitamkan oleh kesalahan-kesalahan orang-orng musyirk (semestinya) di putihkan oleh tauhidnya kaum muslim (tetapi kenapa koq malah tambah hitam?-pent). Maka Ibnu Qutaibah rahimahullah menjawab, beliau berkata: “Jika Allah menghendaki maka hal itu pastilah terjadi”, kemudian, wahai orang yang membantah, apakah kamu tidak mengetahui bahwa warna hitam akan mewarnai dan tidak terwarnai, dan warna putih terwarnai dan tidak mewarnai”, dan ini adalah pendapat Ibnu Qutaibah rahimahullah.

“Dan yang aku lihat jawaban (bantahan orang ateis) nya adalah: “Sesungguhnya tetapnya bekas kesalahan-kesalahan di dalam yaitu warna hitam, lebih memberikan pelajaran dan nasehat daripada merubahnya. AGAR DIKETAUHI BAHWA DOSA-DOSA JIKA IA TELAH MEMBERIKAN BEKAS KEPADA BATU, MAKA PEMBERIAN PENGARUHNYA KEPADA HATI LEBIH BESAR, MAKA OLEH SEBAB ITU HARUS DIJAUHI (DOSA TERSEBUT).” Lihat Kitab Mutsir Al “azm As Sakin Ila Asyraf Al Makin, 1/126.

 

INILAH RAHASIA DARI HADITS RASULULAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ فِى كِتَابِهِ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang beriman jika melakukan dosa, maka akn ditorehkan di dalam hatinya noktah hitam, maka jika ia bertobat, melepaskan (maksiat tersebut) dan meminta ampun niscaya cemerlang (kembali) hatinya, (tetapi) jika ia bertambah maka akan bertambah (noktah hitam tersebut), dan itulah penghalang yang Allah telah sebutkan di dalam Al Quran

كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” QS. Al Mutahffifin: 14. HR. Ibnu Majah.

 

SEMOGA DENGAN PENJELASAN Di ATAS SEMAKIN MEMBUAT KITA TAKUT UNTUK BERBUAT MAKSIAT YANG MENGAKIBATKAN BERDOSANYA KITA DISISI ALLAH TA’ALA.

Ditulis oleh K.H. Ahmad Zainuddin Al Banjary

Selasa, 24 Dzulhijjah 1434H, Dammam Arab Saudi