BERSIKAP PERTENGAHAN DALAM IBADAH
diambil dari faedah kajian:
📘 Kitab Riyaadhusshaalihiin | BAB 14
👤 USTAZ MUHAMMAD MUKHLASIIN AZIIZ, LC حَفِظَهُ اللهُ
📆 Senin, 2 Jumadil Awal 1443H / 6 Desember 2021
🕌 Masjid Umar bin Khattab – Barito Kuala
Maksud sikap pertengahan menurut Syaikh Utsaimin : tidak berlebihan dan tidak melalaikan.
Seorang muslim harus memiliki sikap pertengahan dalam beribadah. Tidak berlebih lebihan dan juga tidak meremehkan dalam perkara agama.
Surat Al-Furqan (25) Ayat 67
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًۭا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Beribadah memang diperintahkan Allah. Namun setiap muslim punya hak pada badannya, keluarganya, dan masyarakat. Maka hendaknya seorang muslim beribadah sesuai dengan porsi yang telah ditentukan. Tidak berlebihan dan tidak memudahkan.
قال اللَّه تعالى : { طه، ما أنزلنا عليك القرآن لتشقى } .
Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah Kami turunkan al-Quran itu padamu -hai Muhammad- agar engkau mendapat celaka.” (Thaha: 1-2)
Hubungan ayat dengan bab : Al Qur’an diturunkan tidak untuk menyusahkan manusia dalam beribadah. Juga tidak bermaksud menggampangkan.
Makna طه huruf hijaiyah yang terputus, tidak memiliki makna khusus.
Kalimat setelah huruf muqatha’ah kebanyakan menyebutkan kemuliaan Al Qur’an. Bermaksud untuk menantang kaum musyrikin yang berbahasa Arab namun tidak bisa menandingi kesempurnaan bahasa Al Qur’an.
Al Qur’an diturunkan tidak untuk membebankan kita, juga tidak untuk menggampangkannya. Namun untuk bersikap pertengahan dalam beribadah.
Ditulis oleh,
Juru Tulis Pesantren Intan Ilmu & Masjid Umar bin Khattab