PAHALA MENGHIDUPKAN SUNNAH

 

diambil dari faedah kajian:

📘 Kitab Riyaadhusshaalihiin Karya Al Imam An Nawawi Asy-Syaafi’i rahiimahullah | Hadis Pertama | BAB 19 (Memberi Contoh dalam Kebaikan)

👤 K.H. Ahmad Zainuddin Al Banjary hafizhahullah

📅 Rabu, 16 Dzulqaidah 1443 H / 15 Juni 2022

🕌 Masjid Umar bin Khattab – Barito Kuala

 


 

 

Dalam buku asli, berbahasa Arab bab 19 ini yaitu memberi contoh dalam kebaikan dan keburukan.

 

Hadis 171. Dari sahabat Jarir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu,

“Kami pernah berasa di sisi Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam pada pertengahan siang hari. Kemudian datang kepada beliau beberapa orang telanjang, mereka hanya memakai mantel yang bergaris-garis dan dilubangi di bagian kepalanya, sambil menyandang pedang. Kebanyakan mereka dari suku Mudhar, bahkan semuanya dari suku Mudhar, maka berubahlah wajah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam karena melihat penderitaan mereka…

Kemudian beliau masuk rumah, lalu keluar lagi, dan menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan. Maka Bilal beradzan dan iqamah, kemudian beliau mengerjakan salat lalu berkhutbah. Beliau membaca Ayat, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri. ” Sampai akhir ayat, “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisa [4] : 1)..

Dan ayat yang lain di akhir surah Al-Hasyr, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” Hendaklah setiap orang bersedekah dari dinarnya, dari dirhamnya, dari pakaiannya, dan satu sha’ gandumnya serta satu sha’ kurma nya, hingga beliau bersabda: “Sekalipun hanya dengan separuh kurma.”

 

“Setelah itu datanglah seorang lelaki dari kaum Anshar dengan membawa pundi-pundi hingga tangannya hampir tidak kuat membawanya, bahkan sudah tidak kuat lagi. Kemudian orang-orang mengikutinya hingga saya melihat dua tumpukan dari makanan dan pakaian. Saya melihat wajah rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berseri-berseri, seolah-olah wajah beliau bercahaya.

Kemudian beliau bersabda, “Barang siapa yang memulai membuat contoh dalam islam berupa amalan yang baik, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengerjakan setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barangsiapa yang memulai membuat contoh dalam islam berupa perbuatan buruk, maka dia mendapat dosanya dan dosa-dosa orang yang mengerjakan setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”

 

• Jarir bin abdullah kunyah nya abu ‘amr.

 

• Mudhor salah satu kabilah di Arab yang sangat terkenal.

 

•Kosakata hadis
Kata صدر النهار : awal siang, mendekati waktu zuhur
Kata عراة = Telanjang, namun tidak telanjang bulat, melainkan sebagian tubuh mereka tidak tertutupi.
Kata النمار : Mantel yang bergaris-garis, dia adalah kain berasal dari wol yang bergaris-garis
Kata كومين : dua karung besar

 

•Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam jika tidak senang maka berubah raut wajah beliau, ini dikarenakan orang-orang yang datang tadi (Suku Mudhar) miskin dan tidak ada bekal namun ingin ikut berperang.

 

•Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam jika ada hajat, maka berkhutbah naik ke atas mimbar.

 

•Saat berkhutbah, beliau membaca Ayat Q.S. An Nisa : 1, maksud ayat ini dibacakan oleh rasulullah sebagai peringatan bahwa ada teman-teman kalian yang miskin yang sebenarnya satu rumpun dengan kalian (sahabat) namun dibiarkan seperti ini (miskin) tidak mempunyai pakaian. Jadi Rasulullah menyindir para sahabat radhiyallahu’anhum dengan membacakan ayat al-qur’an.

 

•Kemudian beliau membaca Ayat al-hasyr :18, ayat ini memperingatkan, seorang muslim dengan segala macam aktifitas dunianya, maka harus tetap bersiap dengan bekal akhirat yang pasti akan dihadapinya. Salah satu mempersiapkan kehidupan akhirat yaitu membelanjakan harta di jalan allah ta’ala yaitu dengan bersedekah, kemudian orang dari kaum ansar yang pertama bersedekah.

 

•Dinar adalah emas, Dirham adalah Perak, satu Sha’ sama dengan empat mud yaitu sekitar tiga kilo, biasanya satu mud itu seukuran dengan dua telapak tangan orang dewasa yang dikumpulkan.

 

•Salah satu cara jitu mendakwahi seseorang maka dengan ayat al-Qur’an, karna berdakwah dengan ayat itu suatu keberkahan. Di zaman sekarang yang paling utama mengajarkan kepada orang-orang awan yaitu fardhu ‘ain, kemudian setelahnya ilmu-ilmu yang merupakan bekal untuknua di akhirat kelak. Pelajaran bagi para pendakwah agar jika berdakwah maka sebisa mungkin untuk mudah dipahami oleh orang banyak, dengan mengkaji kitab-kitab yang tidak terlalu melebar sehingga orang-orang awam bisa merasakan ilmu tersebut agar menunjukkan bahwa islam itu mudah, jangan niatnya ingin menunjukkan diri sangat berilmu dengan hafalan permasalahan fikih, hafalan khilaf dari para ulama, namun sulit dipahami oleh orang-orang awam.

 

• Berhati-hati dalam menerjemahkan hadis;

من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها إلى يوم القيامة.

 

Syaikh Shalih Al-Utsaimin, mengartikan barang siapa yang memulai membuat contoh dalam islam berupa amalan yang baik, maksudnya memulai amalan yang sunah, bukan membuat sesuatu yang baru, artinya amalan sunah ini sudah ada disyariatkan dalam agama islam, namun ia adalah pelopor dari amalan sunah yang telah disyariatkan tersebut. Bukan membuat amalan atau perbuatan yang sebelumnya belum ada, dan tidak terdapat dalam syariat sebelumnya. Contohnya ialah seperti hadis di atas, bahwa seorang lelaki dari kaum anshar yang memulai untuk bersedekah, kemudian diikuti oleh para sahabt yang lain. Dan sedekah merupakan amalan yang sunah yang disyariatkan dalam agama islam.

 

• Jika ia memulai perbuatan sunah yang telah disyariatkan sebelumnya, maka ia akan mendapatkan pahala amalan perbuatannya, dan pahala orang-orang yang mengikutinya. Begitu sebaliknya, jika ia memulai perbuatan buruk (maksiat), maka ia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya dan dosa dari orang-orang yang mengikutinya. Seperti yang dijelaskan dalam hadis berikutnya, hadis nomor 172. Dari sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu, yaitu anak Adam ‘alaihissalam (Qabil) akan mendapat bagian dari dosa pembunuhan yang zalim (tidak benar) karena dialah pertama kali yang mencontohkan pembunuhan.

 

Hubungan hadis dengan bab:
Barangsiapa yang memulai perbuatan sunah maka ia akan mendapatkan pahala dari amalannya dan dari orang-orang yang mengikutinya, begitu sebaliknya. Barangsiapa yang memulai perbuatan yang buruk, maka ia akan menanggung dosanya.

 

Faedah hadis:

1. Seorang muslim wajib empati dengan saudara muslim lainnya. Hal ini dilihat dari hadis bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di atas.

2. Segeranya para sahabat nabi radhiyallahu’anhum dalam mengamalkan syariat islam, maka termasuk kamus seorang muslim yaitu bersegera memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya, dan mengerjakan syariat.

3. Kaya yang bersyukur lebih utama dari miskin yang bersabar, karena dari hadis ini orang-orang yang miskin tidak bisa untuk berjihad, dan jika dilihat dari al-quran, banyak ditemukan penggandengan dalam ayat-ayat yang menyatakan bahwa jika ingin berjihad maka dengan harta dan nyawa.

4. Sebagian orang berdasarkan hadis ini berpendapat bahwa adanya bidah hasanah, maka jawabannya ialah bahwa yang dimaksud dari hadis ini memulai mengamalkan sunah, bukan membuat sesuatu yang baik.

5. Orang yang memahami hadis ini adanya bidah hasanah, sama halnya seperti orang yang membaca ayat namun tidak selesai seperti membaca surah al-ma’un yang hanya membaca aya keempat saja, “bahwa orang yang salat akan celaka” namun tidak membacanya sampai habis. Padahal yang di maksud dalam ayat tersebut yaitu orang-orang yang lalai dalam salatnya.

6. Adanya khilaf dari para ulama bahwa adakah bidah hasanah atau bidah sayyi’ah, maka pendapat yang di kuatkan adalah seluruh bidah adalah sayyi’ah, dan ini tercantum dalam hadis Rasulullah dan kesepakatan para sahabat.

7. Salah satu kiat untuk semangat dalam beramal, yaitu pasti akan semangat dalam beramal, ditunjukkan dalam hadis ini dengan Rasulullah membacakan ayat dari Q.S. Al-Hasyr : 18.

الكاتب
العبد الفقير إلى الله

 

Ditulis oleh,
Juru Tulis Pesantren Intan Ilmu & Masjid Umar bin Khattab