PEMIMPIN SEKALIGUS PENDAKWAH KEPADA SUNNAH
diambil dari faedah kajian:
📘 Kitab Riyaadhusshaalihiin Karya Al Imam An Nawawi Asy-Syaafi’i rahiimahullah | Hadis Nomor 167 | Bab 16 (Perintah Menjaga Sunah dan Adab-adabnya)
👤 Ustaz Abu Mahlin hafizhahullah
📅 Kamis, 18 Syawal 1443 H / 19 Mei 2022 M
🕌 Masjid Umar bin Khattab – Barito Kuala
- Dari Abis bin Rabi’ah, dia berkata:
رأيت عمر بن الخطاب رضي الله عنه يقبل الحجر – يعني: الأسود – ويقول: إني أعلم أنك حجر ما تنفع ولا تضر, ولولا أني رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقبلك ما قبلتك.
Saya melihat Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu mencium hajar aswad dan dia berkata, “Aku tahu kamu hanyalah batu, kamu tidak dapat memberikan manfaat dan mudarat, seandainya aku tidak melihat rasulullah shallallahu’alaihi wasalam menciummu, sudah pasti aku tidak akan menciummu.”
Abis bin Rabi’ah radhiyallahu’anhu adalah seorang yang hidup di masa nabi, tetapi tidak pernah berjumpa dengan nabi.
Hajar aswad berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas Radiyallahu’anhuma, bahwa rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bersabda, bahwa hajar aswad ini turun dari surga dengan kondisi ia lebih putih daripada susu, yang menjadikan dia berwarna hitam ialah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak adam.”
Al Hafiz Ibnu Hajar rahumahullah dalam Fathul Bari membawakan sebuah diskusi antara orang yang mulhid (orang yang sesat) dan berkata, “kalau hajar aswad itu menghitam karena dosa, kenapa dia tidak memutih karena ketaatan ahli tauhid ?” Ada beberapa jawaban dari Al Hafiz Ibnu Hajar, jawaban pertama dari Ibnu Qutaibah rahimahullah, “Jika allah ta’ala berkehandak maka bisa saja itu terjadi (memutih), namun allah tidak mau karena warna hitam itu sebagai pewarna dan putih itu sebagai warna dasar,” jawaban lain dari Imam At-Thabari rahimahullah, “Allah takdirkan hajar aswad ini berubah warnanya menjadi hitam dan warnanya tetap hitam (tidak berubah), karna ingin diambil darinya pelajaran bahwa batu yang keras saja bisa menjadi hitam karena dosa, apalagi jika mengenai hati yang lemah. Jawaban ketiga yaitu dari riwayat abdullah bin abbas, bahwa allah ta’ala ubah hajar aswad yang asalnya berwarna putih, menjadi hitam karena allah tidak ingin memperlihatkan salah satu dari perhisan-perhiasan surga. Dan ini adalah adalah riwayat yang lemah.
Faedah Hadis:
1. Sunahnya ialah mencium hajar aswad, namun ditegaskan apa yang dibawa oleh imam An – Nawawi rahimahullah bahwa mahzab jumhur yang di sunahkan kepada hajar aswad ialah mengusap, dikecup, lalu meletakkan dahi ke hajar aswad tersebut. Ini berdasarkan beberapa riwayat yang di antarnya riwayat Ibnu Abbas radhiyallahuma.
2. Perlu diketahui bahwa hajar aswad itu bukan bongkahan besar, namun terpecah-pecah di dalam. Dan yang dicium ialah di pecahan tadi bukan bagian yang berwarna perak itu atau tempat intuk menempelnya.
3. Kita wajib menerima apapun yang sudah ditetapkan oleh syariat walaupun logika kita tidak bisa menalarnya. Seperti halnya hadis ini bahwa hajar aswad tidak bisa mendatangkan manfaat dan tidak bisa menangkal mudarat, sekiranya nabi tidak mencium kepada hajar aswad maka tidak perlu dicium.
4. Di judul ditegaskan bahwa pemimpin sekaligus pendakwah, kita tahu bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu banyak sekali memiliki kelebihan, di antanya banyak kemajuan dari sisi manajemen pemerintahan dan strategi politik serta pondasi utamanya yaitu yang dikembangkan oleh khalifah Umar. Selain pemimpin beliau juga adalah seorang dai yang paham momen penting untuk menyampaikan dakwah. Maka setelah perluasan wilayah, banyak orang yang masuk agama islam dan bereangkat ke baitullah ingin melakukan ibadah, dan ketika beliau mencium hajar aswad, beliau paham bahwa orang-orang pasti akan mencontoh beliau, maka di saat seperti inilah beliau langsung menyampaikan hadis ini dalam rangka memberi pemahaman kepada yang lain bahwa jika tidak karena contoh dari nabi maka buat apa mencium batu, yang mana dulunya mereka menyembah batu-batu lain (berhala).
5. Hadis ini menyampaikan sunah fi’liyah (perbuatan) yang mengandung unsur syariat.
الكاتب
العبد الفقير إلى الله
Ditulis oleh,
Juru Tulis Pesantren Intan Ilmu & Masjid Umar bin Khattab