SALING MENYERU KEBAIKAN ADALAH KEWAJIBAN
diambil dari faedah kajian:
📘 Kitab Riyaadhusshaalihiin Karya Al Imam An Nawawi Asy-Syaafi’i rahiimahullah | Ayat Ketiga | Bab 20 (Menyeru kepada Kebaikan)
👤 Ustaz Muhammad Mukhlashiin Aziiz hafizhahullah
📅 Selasa, 22 Zulkaidah 1443 H / 21 Juni 2022 M
🕌 Masjid Umar bin Khattab – Barito Kuala
و تعاونوا على البر و التقوى
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa”
Ada dua penafsiran dari ayat ini:
1. Kalimat (البر و التقوى) itu maknanya sama, Imam Al – Qurtubi rahimahullah menjelaskan mengapa maknanya sama akan tetapi katanya diulag-ulang, itu menunjukkan untuk menguatkan kalimat pertama, kata imam As-Sa’di rahimahullah (البر) yaitu nama yang mencakup dari segala macam dari hal di cintai Allah baik dalam perkataan maupun perbuatan. Tolong-menolong dalam kebajikan ini hukumnya adalah wajib, karena dalam ayat ini terdapat fi’il amr (kalimat perintah).
2. Kalimat (البر و التقوى) yaitu berbeda maknanya, (البر) melakukan segala macam kebaikan baik dari sisi ibadah, muamalah, dan lainnya. Adapun kata takwa menurut Ibnu Katsir rahimahullah, yaitu meninggalkan kemungkaran, kemasiatan, dan semisalnya. Adapun orang seperti ini juga wajib ditolong dengan cara mengingkari perbuatanya dengan hati atau menasehatinya dengan baik dan santun.
Hubungan ayat dengan bab:
Segala macam perintah untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan saling tolong-menolong dalam meninggalkan kemungkaran adalah termasuk dalam kebaikan.
Allah ta’ala melanjutkan pada ayat ini,
ولا تعاونوا على الإثم والعدوان.
Bahwa الإثم menunjukkan meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah ta’ala Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, orang yang meninggalkan perintah Allah, itu lebih besar atau dahsyat dosanya daripada melakukan dosa (melanggar aturan allah). alasanya karena iblis, dia enggan melaksanakan perintah Allah untuk sujud, maka ia dikatakan kafir (Q.S. Al-Baqarah [2]: 34). Namun sebaliknya, apabila ada orang-orang yang berbuat dosa atau melanggar aturan allah ta’ala, maka ia hanya disebut melampaui batas. Seperti halnya Nabi Adam ‘alaihissalam yang melanggar aturan yang Allah (mendekati saah satu pohon di surga) buat maka beliau hanya dihukum oleh Allah Ta’ala.
Sebuah kaidah:
Setiap sarana yang mengantarkan manusia kepada halal atau ibadah, maka itu adalah pahala (ibadah). Begitu sebaliknya, setiap wasilah yang mengantarkan kepada yang haram, maka berdosa (haram).
الكاتب
العبد الفقير إلى الله
Ditulis oleh,
Juru Tulis Pesantren Intan Ilmu & Masjid Umar bin Khattab