وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya”
(HR. Muslim no. 2699).
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya”
(HR. Muslim no. 2699).
Pembelajaran ilmu agama di kelas diketahui dibatasi oleh waktu, sedangkan santri memerlukan bekal yang cukup banyak dalam pengembangannya sebagai pendakwah. Bekal santri untuk menebarkan khazanah ilmu pengetahuan tentu banyak didapatkan selain dari kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan rutin mengikuti ta’lim diharapkan santri mampu menelaah kembali secara gamblang ilmu-ilmu yang didapatkan di kelasnya serta utamanya mampu pula untuk mensuri tauladani para assatidz dalam hal retorika penyampaian, diskusi tanya jawab serta problem resolving